imam taohid imam taohid alghifari: Januari 2011
welcome to my blog

Jumat, 28 Januari 2011

Pentingny Bersilaturahmi..

Allah berfirman yang artinya:

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Q.S. al-Isra`: 26)

Dalam firman lain menyatakan:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu. Dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat ibn sabil…” (Q.S. an-Nisa`: 36)

Di sini kedudukan berbuat baik pada kerabat dekat berada pada urutan setelah berbakti kepada orang tua. Al-Quran telah menentukannya secara berurutan dimulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah dalam tahapan hubungan kemanusian. Setelah kerabat dekat, lalu meluas cakupannya sampai kepada setiap orang yang membutuhkannya dalam masyarakat. Ini sesuai dengan sifat manusia yang lebih cenderung berbuat baik kepada kerabat dekat. Ini juga sesuai dengan metode umum Islam dalam mengatur masyarakat muslim. Dimana tanggung jawab sosial dimulai dari lingkup keluarga, lalu meluas kepada kerabat dekat. Akhirnya mencakup semua kelompok manusia. Semuanya dilaksanakan dengan penuh kasih sayang dan ketulusan. Sehingga, hidup ini terasa manis, indah, dan layak di nikmati oleh manusia.

Silaturrahim termasuk metode dan asas Islami utama yang dibawa Islam ke dunia semenjak hari pertama Rasulullah memulai dakwah secara terbuka. Rasulullah telah menerangkan dasar-dasar Islam dan tanda-tandanya. Ternyata, silaturrahim termasuk tanda yang sangat jelas dalam sariat Islam. Sebagai bukti, adalah pembicaraan panjang Abu Sufyan r.a dengan Heraclius ketika ia bertanya kepadanya “apa yang diperintahkan oleh Nabi kalian?” Abu Sufyan menjawab: “Sembahlah Allah, jangan kalian menyekutukanNya dengan sesuatupun, tinggalkan apa yang dikatakan nenek monyangmu, menyuruh kami untuk melaksanakan shalat, jujur, meninggalkan perbuatan yang buruk, dan menyambung silaturrahim.” (H.R. Muttafaqun alaihi)

Silaturrahim merupakan bagian dari tanda-tanda yang agung dari agama Islam; (yaitu) mentauhidkan Allah, mendirikan shalat, berpegang teguh pada sifat jujur, dan menjauhkan diri dari perbuatan buruk. Karena itu, silaturrahim merupakan keistimewaan nyata yang ditampakkan kepada orang-orang yang untuk pertama kalinya bertanya tentang Islam.

Dalam sebuah hadis yang menerangkan asas-asas dan prilaku Islami, Amr ibn `anbasah r.a berkata:

“Saya datang kepada Rasulullah Saw, di Mekkah pada awal keNabian. Aku berkata kepada beliau: “Siapa kamu?” beliau berkata: “Nabi.” saya bertanya: “Apa Nabi itu?” beliau bersabda: “saya diutus oleh Allah” aku bertanya lagi: “Dengan apa kamu diutus?” beliau bersabda: “Allah mengutusku dengan silaturrahim, menghancurkan berhala, mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu.” (H.R. Muslim)

Dalam hadis di atas, jelas sekali bahwa Rasulullah Saw, mengedepankan silaturrahim dalam memberikan penjelasan singkat tentang dasar-dasar Islam. Ini merupakan sebuah isyarat bahwa silaturrahim memiliki kedudukan penting dalam Islam, agama yang diturunkan sebagai rahmat untuk alam semesta.

Banyak nash-nash yang menganjurkan silaturrahim dan sekaligus mengancam orang yang memutuskannya. Diriwatkan oleh Abu Ayyub Al-Anshari. Bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Saw:

“Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku sebuah amal perbuatan yang bisa memasukkan aku kesurga?” Nabi bersabda: “Hendaklah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukanNya, melaksanakan shalat, membayar zakat, dan menyambung silaturrahim.” (H.R. Muttafaqun alaihi)

Silaturrahim disebutkan bersamaan dengan ibadah dan mentauhidkan Allah, pelaksanaan shalat, dan membayar zakat. Dengan demikian, silaturrahim termasuk amal shaleh yang menjamin seseorang masuk surga dan melindunginya dari api neraka. Diriwayatkan dari Anas r.a, bahwa Rasulullah Saw, bersabda: “Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah ia menyambung silaturrahim.” (H.R. Muttafaqun alaihi)

Ternyata, silaturrahim membawa keberkahan dalam rezeki dan umur seseorang yang suka menyambungnya. Ibnu Umar r.a berkata: “Barang siapa yang bertaqwa kepada Tuhannya dan menyambung silaturrahim, akan dipanjangkan umurnya, diperluas rezekinya, dan dicintai oleh keluarganya.” (H.R. Bukhari)

Orang yang suka menyambung silaturrahim akan mendapatkan keberkahan dalam rezeki dan bertambah umurnya. Rahmat Allah akan senantiasa tercurah kepadanya di dunia dan di akhirat. Ia akan dicintai oleh manusia dan dihormati. Sebaliknya, orang yang suka memutuskan tali silaturrahim akan mendapatkan kesengsaraan, bencana, dan kebencian dari Allah dan manusia. Di akhirat nanti, ia akan dijauhkan dari surga.

Cukuplah bagi orang yang memutuskan tali silaturrahim merasakan kesengsaraan dan bencana apabila mendengar sabda Rasulullah Saw: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan tali silaturrahim.” (H.R. Muttafaqun alaihi)

Rahmat Allah tidak akan tercurahkan kepada sebuah kaum yang di dalamnya ada orang yang suka memutuskan tali silaturrahim. Seperti disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam kitabnya Syu`abu al-Iman: “Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan dicurahkan pada sebuah kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan tali silaturrahim”

Oleh karena itu, Abu Hurairah r.a, tidak mau berdo`a disebuah tempat yang didalamnya ada orang yang memutuskan tali silaturrahim. Karena akan menjadi penghalang turunnya rahmat dan dikabulkannya do`a. Abu Hurairah berkata di sebuah tempat pada malam jumat: “Saya dengan paksa menyuruh orang yang memutuskan tali silaturrahim untuk meninggalkan kami.”

Tidak seorangpun berdiri sampai beliau mengatakan itu tiga kali. Setelah itu, ada seorang pemuda datang pada bibinya yang sudah dua tahun tidak pernah dikunjungi. Bibinya berkata kepadanya:

“Wahai keponakanku, apa yang membawa kamu kesini?” Ia berkata: “ Saya mendengar Abu Hurairah r.a berkata begini-begini.” Bibinya berkata, “saya mendengar Rasulullah Saw, bersabda: “Sesungguhnya amal perbuatan anak adam itu diperlihatkan kepada Allah setiap malam jumat, dan amal perbuatan orang yang memutuskan tali silaturrahim tidak diterima oleh Allah.” (H.R. Bukhari)

Seorang muslim memiliki perasaan halus dan senantisa mencari keridhaan Tuhan dan keselamatan diakhirat. Ia akan tergugah hatinya apabila mengetahui bahwa memutuskan silaturrahim akan menutupi turunnya rahmat, doa tidak dikabulkan, dan menggagalkan pahala sebuah pekerjaan. Sungguh suatu bencana besar bagi orang yang berdoa kemudian tidak dikabulkan. Beramal tetapi tidak diterima disisi Allah. Dan, mengharap rahmat Tuhan tapi rahmat itu menjauhinya. Karena itu tidak terbayang sama sekali bahwa suatu saat seorang muslim sejati akan memutuskan tali silaturrahim.

Wallahu'alam
Selengkapnya...

GUnaKAN TAngan Kanan



عَنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لِيَأْكُلْ أَحَدُكُمْ بِيَمِينِهِ وَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ وَلْيَأْخُذْ بِيَمِينِهِ وَلْيُعْطِ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ وَيُعْطِى بِشِمَالِهِ وَيَأْخُذُ بِشِمَالِهِ ».

Dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaknya kalian makan dengan tangan kanan, minum dengan tangan kanan, menerima sesuatu dari orang lain dengan tangan kanan dan menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan tangan kanan karena setanlah yang makan dengan tangan kiri, minum dengan tangan kiri, menerima sesuatu dengan tangan kiri dan menyerahkan sesuatu juga dengan tangan kiri” [HR Ibnu Majah no 3266. al Bushiri mengatakan, ‘Ini adalah sanad yang sahih, para perawinya adalah orang-orang yang terpercaya’. Hadits di atas juga dinilai sahih oleh al Albani]

Dalam Silsilah Shahihah jilid 3 hal 238 no 1236, al Albani mengatakan, “Hadits tersebut sahih, insya Allah”.

Jadi menerima dan menyerahkan sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan tangan kanan bukan hanya sesuatu yang baik menurut perasaan dan tradisi di masyarakat kita namun lebih dari itu hal tersebut adalah bagian dari sunnah atau ajaran Nabi kita -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya. Sebaliknya orang yang menerima atau menyerahkan sesuatu dengan tangan kiri adalah manusia yang menyerupai kelakuan setan.
Adakah orang beriman yang suka meneladani setan dan meninggalkan hal yang diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kekasih kita??
Selengkapnya...

Tips Menuju QANA'AH..

Qana'ah (rela dan menerima pemberian Allah subhanahu wata’ala apa adanya) adalah sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, kecuali bagi siapa yang diberikan taufik dan petunjuk serta dijaga oleh Allah dari keburukan jiwa, kebakhilan dan ketamakannya. Karena manusia diciptakan dalam keadan memiliki rasa cinta terhadap kepemilikan harta.

Namun meskipun demikian kita dituntut untuk memerangi hawa nafsu supaya bisa menekan sifat tamak dan membimbingnya menuju sikap zuhud dan qana'ah. Berikut ini beberapa kiat menuju qana'ah yang jika kita laksanakan maka dengan izin Allah seseorang akan dapat merealisasikan nya. Di antaranya yaitu:

1. Memperkuat Keimanan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Juga membiasakan hati untuk menerima apa adanya dan merasa cukup terhadap pemberian Allah subhanahu wata’ala, karena hakikat kaya itu ada di dalam hati. Barangsiapa yang kaya hati maka dia mendapatkan nikmat kebahagiaan dan kerelaan meskipun dia tidak mendapatkan makan di hari itu.

Sebaliknya siapa yang hatinya fakir maka meskipun dia memilki dunia seisinya kecuali hanya satu dirham saja, maka dia memandang bahwa kekayaannya masih kurang sedirham, dan dia masih terus merasa miskin sebelum mendapatkan dirham itu.

2. Yaqin bahwa Rizki Telah Tertulis.

Seorang muslim yakin bahwa rizkinya sudah tertulis sejak dirinya berada di dalam kandungan ibunya. Sebagaimana di dalam hadits dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu ‘anhu, disebutkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di antaranya, "Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), maka ditulislah rizkinya, ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya." (HR. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Seorang hamba hanya diperintah kan untuk berusaha dan bekerja dengan keyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala yang memberinya rizki dan bahwa rizkinya telah tertulis.

3. Memikirkan Ayat-ayat al-Qur'an yang Agung.

Terutama sekali ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah rizki dan bekerja (usaha). 'Amir bin Abdi Qais pernah berkata, "Empat ayat di dalam Kitabullah apabila aku membacanya di sore hari maka aku tidak peduli atas apa yang terjadi padaku di sore itu, dan apabila aku membacanya di pagi hari maka aku tidak peduli dengan apa aku akan berpagi-pagi, (yaitu):

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Fathiir:2)

“Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” (QS.Yunus:107)

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Huud:6)

“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. ath-Thalaq:7)

4. Ketahui Hikmah Perbedaan Rizki

Di antara hikmah Allah subhanahu wata’ala menentu kan perbedaan rizki dan tingkatan seorang hamba dengan yang lainnya adalah supaya terjadi dinamika kehidupan manusia di muka bumi, saling tukar manfaat, tumbuh aktivitas perekonomian, serta agar antara satu dengan yang lainnya saling memberi kan pelayanan dan jasa.

Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentu kan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. az-Zukhruf:32)

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.” (QS.Al an'am 165)

5. Banyak Memohon Qana'ah kepada Allah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah manusia yang paling qana'ah, ridha dengan apa yang ada dan paling banyak zuhudnya. Beliau juga seorang yang paling kuat iman dan keyakinannya, namun demikian beliau masih meminta kepada Allah subhanahu wata’ala agar diberikan qana'ah, beliau bedoa,
"Ya Allah berikan aku sikap qana'ah terhadap apa yang Engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik." (HR al-Hakim, beliau menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi)

Dan karena saking qana'ahnya, beliau tidak meminta kepada Allah subhanahu wata’ala kecuali sekedar cukup untuk kehidu pan saja, dan meminta disedikitkan dalam dunia (harta) sebagaimana sabda beliau, "Ya Allah jadikan rizki keluarga Muhammad hanyalah kebutuhan pokok saja." (HR. Al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi)

6. Menyadari bahwa Rizki Tidak Diukur dengan Kepandaian

Kita harus menyadari bahwa rizki seseorang itu tidak tergantung kepada kecerdasan akal semata, kepada banyaknya aktivitas, keluasan ilmu, meskipun dalam sebagiannya itu merupakan sebab rizki, namun bukan ukuran secara pasti.

Kesadaran tentang hal ini akan menjadikan seseorang bersikap qana'ah, terutama ketika melihat orang yang lebih bodoh, pendidikannya lebih rendah dan tidak berpengalaman mendapatkan rizki lebih banyak daripada dirinya, sehingga tidak memunculkan sikap dengki dan iri.

7. Melihat ke Bawah dalam Hal Dunia

Dalam urusan dunia hendaklah kita melihat kepada orang yang lebih rendah, jangan melihat kepada yang lebih tinggi, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
"Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat kepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah." (HR.al-Bukhari dan Muslim)

Jika saat ini anda sedang sakit maka yakinlah bahwa selain anda masih ada lagi lebih parah sakitnya. Jika anda merasa fakir maka tentu di sana masih ada orang lain yang lebih fakir lagi, dan seterusnya. Jika anda melihat ada orang lain yang mendapatkan harta dan kedudukannya lebih dari anda, padahal dia tidak lebih pintar dan tidak lebih berilmu dibanding anda, maka mengapa anda tidak ingat bahwa anda telah mendapatkan sesuatu yang tidak dia dapatkan?

8. Membaca Kehidupan Salaf

Yakni melihat bagaimana keadaan mereka dalam menyikapi dunia, bagaimana kezuhudan mereka, qana'ah mereka terhadap yang mereka peroleh meskipun hanya sedikit. Di antara mereka ada yang memperolah harta yang melimpah, namun mereka justru memberikannya kepada yang lain dan yang lebih membutuhkan.

9. Menyadari Beratnya Tanggung Jawab Harta

Bahwa harta akan mengakibatkan keburukan dan bencana bagi pemilik nya jika dia tidak mendapatkan nya dengan cara yang baik serta tidak membelanjakannya dalam hal yang baik pula.

Ketika seorang hamba ditanya tantang umur, badan, dan ilmunya maka hanya ditanya dengan satu pertanyaan yakni untuk apa, namun tentang harta maka dia dihisab dua kali, yakni dari mana memperoleh dan ke mana membelanjakannya. Hal ini menunjukkan beratnya hisab orang yang diberi amanat harta yang banyak sehingga dia harus dihisab lebih lama dibanding orang yang lebih sedikit hartanya.

10. Melihat Realita bahwa Orang Fakir dan Orang Kaya Tidak Jauh Berbeda.

Karena seorang yang kaya tidak mungkin memanfaatkan seluruh kekayaannya dalam satu waktu sekaligus. Kita perhatikan orang yang paling kaya di dunia ini, dia tidak makan kecuali sebanyak yang dimakan orang fakir, bahkan mungkin lebih banyak yang dimakan orang fakir. Tidak mungkin dia makan lima puluh piring sekaligus, meskipun dia mampu untuk membeli dengan hartanya. Andaikan dia memiliki seratus potong baju maka dia hanya memakai sepotong saja, sama dengan yang dipakai orang fakir, dan harta selebihnya yang tidak dia manfaatkan maka itu relatif (nisbi).

Sungguh indah apa yang diucapkan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, "Para pemilik harta makan dan kami juga makan, mereka minum dan kami juga minum, mereka berpakaian kami juga berpakaian, mereka naik kendaraan dan kami pun naik kendaraan. Mereka memiliki kelebihan harta yang mereka lihat dan dilihat juga oleh selain mereka, lalu mereka menemui hisab atas harta itu sedang kita terbebas darinya."

Sumber: “Al-Qana’ah, mafhumuha, manafi’uha, ath-thariq ilaiha,” hal 24-30, Ibrahim bin Muhammad al-Haqiil.
Selengkapnya...

Rabu, 26 Januari 2011

cibogo my village

hmmm...kl nginget ci bogo suka pngen balik ...semua orang pasti mempunyai kenangan tersendiri di kampung nya masing"..cibogo adalah kampung tempat tinggal ane.daerah yg masih sangat alami cuaca nya yang sejuk,masih bnyak pepohonan dan yg pasti masih ada suara" aneh kl malem (suara aneh binatang),tempat yg jauh dari hingar bingar suasana kota yg sangat membuat otak streeesss...kl udah pulang kampung beuh otak segar lagi...meskipun ane dari kampung jangan salah v ane kaga kampungan..he..oia ane tinggal di desa cibogo girang rt 16/03 yg masuk dalam wilayah administrasi kab,purwakarta-jawabarat..orang" di kampungku ya rata"  para petani yg kehidupannya jauh dari kata cukup.yg masih kurang ngerti tentang berartinya pendidikan untuk anak"nya v untuk masalh pendidikan agama jangan di tanya soalnya daerah ane termasuk daerah santri he..he....dengan seiring nya waktu serta berkembang nya tekhnologi banyak pula perubahan di daerahku mulai dari inprastruktur yg udah pada lumayan baik,sudah pada mengenal handphone dari mulai bapak" petani hingga anak muda nya,serta orang tua yg  sadar akan pendidikan untuk  anak"nya,anak muda yg udah mengenal dunia maya dan banyak lagi perubahannya mulai dari yang positif ataupun perubahan dari segi negatipnya...yang penting buat qta" yg berasal dari kampung....ASAL BOLEH DARI KAMPUNG YG PENTING KELAKUAN JANGAN KAMPUNGAN..dah ah keburu perut pada demo...
Selengkapnya...